Paper
Kelompok Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Semester
Genap tahun 2014
NEW INFORMATION ECONOMICS DI
INDONESIA
GORBY
W SITUMORANG 1501187110
BAMBANG
TRI HERMANTO
1501182961
ANDREAS 1501166434
TIYARA
EKA SEPTIANTI 1501165375
ALBERTUS
HANDOKO AGUNG WIDODO 1501151205
06PAM / 04
Abstrak
Dalam
menghadapi perkembangan ekonomi di era global ini, perusahaan dituntut untuk
dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya dalam menghadapi persaingan
bisnis yang semakin tajam.Penerapan Teknologi Informasi (TI) dianggap sebagai
salah satu faktor yang dapat memeberikan kontribusi signifikan untuk
tercapainya efisiensi dan efektifitas tersebut. Selain itu perubahan paradigma
ekonomi yang semula berbasis pada sumber daya (Resource base economy) menjadi
ekonomi yang berbasis pengetahuan (Knowledge Base Economy) membuat kemampuan
IPTEK menjadi faktor primer kekuatan daya saing suatu perusahaan menggantikan
modal, lahan dan energi. Sehingga suatu perusahaan harus mampu mengambil
keputusan investasi TI secara tepat, agar besarnya investasi yang dikeluarkan
perusahaan dapat selaras dengan tingkat kepentingan dan manfaat yang diperoleh
dari penerapan TI tersebut.
Dengan
mengikuti seminar yang berhubungan dengan topik New Information Economics ini kita dapat mengetahui apa itu New Information Economics dari pakar
pakarnya dan melakukan studi kepustakaan dengan mencari dari jurnal yang ada di
internet dan dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan paper ini.
Diharapkan
dengan penulisan ini pembaca dapat mengerti dan memahami metode New Information Economics .
Maka
dalam pembahasan karya tulis kali ini kita akan membahas tentang metode New Information Economics. Disini akan
dijabarkan mengenai cara menerapkan metode New
Information Economics .
Kata Kunci
New
Information Economics (NIE), System informasi, Teknologi Informasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan
teknologi saat ini, kebutuhan teknologi dalam dunia bisnis menjadi sangat
penting dalam menentukan kemajuan suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang kini
menyadari bahwa salah satu kunci untuk meraih sukses dalam kompetisi dunia
bisnis sangat bergantung pada kemampuan dalam memperoleh informasi yang berguna
secara cepat dan tepat.
Di samping itu, perusahaan juga
membutuhkan teknologi informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil
keputusan secara tepat dalam menentukan strategi dan kebijakan perusahaan baik
dari segi waktu maupun kualitas keputusan yang akan dihasilkan sehingga
perusahaan memiliki nilai lebih untuk memenangkan persaingan bisnis
.
. Dalam penerapan Teknologi Informasi, membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, hal tersebut terkait dengan dukungan hardware, software dan developer, agar proses berjalannya
sistem informasi bisa dipantau dan dirawat dengan baik. Perusahaan harusnya
melakukan perencanaan SI/TI sesuai dengan tujuan perusahaan, budget perusahaan,
dan menyesuaikan juga dengan proses bisnis perusahaan.Maka dari itu, suatu investasi teknologi informasi perlu
dikaji lebih jauh lagi apakah sudah layak atau belum untuk dikembangkan dan
diimplementasikan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan sudah harus mengimplementasikan dan menerapkan SI/TI
yang sesuai dengan kemajuan sistem dan teknologi, karena dengan penerapan
teknologi yang baru, bisa lebih baik dan mendukung sistemasi kinerja
perusahaan. Dukungan TI dapat membantu perusahaan menjalankan proses bisnisnnya
sehingga meningkatkan kefisiensian waktu, tenaga, dan resource, sehingga TI telah menjadi peranan penting didalam
perusahaan. Perusahaan juga perlu
membuat kebijakan TI yang diterapkan diperusahaan, sehingga biaya investasi
yang dikeluarkan perusahaan untuk menerapkan TI sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai perusahaan. Dengan itu perlunya penilaian dan pengukuran biaya
investasi SI/TI ini untuk bisa mengetahui manfaat yang diberikan SI/TI sesuai
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan investasi. Untuk itu
diperlukan pengukuran biaya dengan menggunakan metode New Information Economics (NIE), untuk bisa menyelaraskan dan
menyesuaikan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk SI/TI dengan tujuan
perusahaan.
Metode New Information
Economics (NIE) merupakan cara untuk mengevaluasi investasi TI didalam perusahaan dengan
tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Roberts, Roger &
Sikes, Johnson (2011), dari penelitian yang diadakan pada tahun 2011, dari
jumlah 927 responden, pihak Eksekutif mengharapkan perusahaan untuk
meningkatkan investasi baru mereka untuk TI , dengan hampir seperempat
responden mengharapkan untuk peningkatan investasi
lebih dari 10 persen untuk tahun selanjutnya. Dan lebih dari 60 persen
mengharapkan untuk meningkatkan atau mempertahankan biaya operasional TI
mereka, hal ini menandakan perubahan dari tahun 2010 ketika 60 persen responden
memperkirakan pengurangan atau stabilisasi anggaran operasional TI. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
perusahaan untuk berkembang, dibutuhkan pengadaan proyek. Dengan menggunakan
metode NIE, dapat memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai hubungan biaya
proyek yang akan dikeluarkan dan kebutuhan perusahaan dalam mencapai arahan
strategi perusahaan sehingga perusahaan dapat mengalokasikan dananya untuk
pengadaan proyek yang tepat dan memberikan manfaat yang diharapkan. Selain itu,
manfaat dari metode ini adalah untuk memberikan gambaran
perusahaan berkaitan penerapannya dalam bidang SI/TI yang sedang berjalan.
1.2 Ruang Lingkup
Penetapan ruang lingkup Green computing pada
penelitian ini adalah mengenai:
1. Sejarah
Munculnya Metode NIE
2. Alasan
perusahaan harus mengunakan metode NIE
3. Manfaat
dari NIE
4. Contoh
penerapan metode New Information
Economics pada perusahaan
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka
dapat diketahui tujuan dan manfaat pembuatan paper ini, yaitu;
Tujuan dari paper ini ialah :
1. Memberi pengetahuan tentang metode New Information Economics.
2.
Memberikan contoh tentang metode
New Information Economics pada sebuah
perusahaan
Manfaat dari paper ini ialah :
1. Dapat
memahami metode New Information
Economics.
2. Dapat
menerapkan metode New Information
Economics.
1.4 Metodologi
Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah, sebagai
berikut :
1. Seminar
Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Mendengarkan seminar topik-topik lanjutan sistem
informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas pada makalah ini.
2. Metode
Studi Kepustakaan
Melakukan pengumpulan informasi melalui buku-buku
referensi dan internet yang dapat dijadikan sumber dan panduan dalam penulisan
makalah ini.
1.5 Sistematika Penulisan
·
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan apa saja latar belakang penulisan
paper ini, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metologi penulisan
dari paper ini.
·
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan
teori-teori yang mendukung penulisan paper ini.
·
BAB 3: PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang New Information Economics.
·
BAB 4: PENUTUP
Pada bab ini kami akan memberikan simpulan dan saran atas
penulisan paper ini.
BAB 2
LANDASAN
TEORI
2.1 Teori – Teori
Dasar / Umum
Sub bab ini berisi teori – teori dasar atau umum dari berbagai sumber
yang menjadi landasan dalam pembuatan paper mengenai New Information Economics.
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut McLeod dan Schell. (2007, p10), sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan, dimana elemen –
elemen tersebut terdiri dari sumber daya input, proses transformasi dan sumber
daya output.
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem
adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan dan bekerja
sama dalam mencapai tujuan bersama
dengan menerima input (masukkan) dan menghasilkan output (keluaran) dalam proses transformasi yang
terorganisir.
Menurut Whitten et al. (2004, p10),
sistem adalah pengaturan orang, data, dan proses teknologi informasi
yang berinteraksi untuk mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke-4 (2008),
sistem memiliki 3 arti, yaitu:
1. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas.
2. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
3. Metode.
Berdasarkan teori – teori tersebut, pengertian sistem
dapat disimpulkan, yaitu sekumpulan dari berbagai elemen yang saling
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2005, p30), sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi :
a)
Input : penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memiliki sistem untuk
diproses.
b)
Pemrosesan :
proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
c)
Output : perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya.
Menurut Turban et al (2005, p56),
sistem dibagi menjadi tiga bagian berbeda yakni input, proses, dan output. Ketiga
bagian tersebut dikelilingi oleh sebuah lingkungan, adanya pengambilan
keputusan, adanya batasan sistem.
a)
Input diartikan sebagai elemen yang masuk ke dalam sistem.
b)
Proses adalah
sebuah elemen yang diperlukan untuk mengubah input ke dalam output.
c)
Output mengandung pengertian produk akhir dari sistem.
d)
Umpan balik
adalah adanya aliran informasi dari komponen output ke pengambilan keputusan berkenaan dengan output atau performa sistem.
e)
Lingkungan
sistem terdiri dari beberapa elemen yang ada di luar, dalam hal elemen tersebut
tidak ada input, output, ataupun
proses.
f)
Batasan
merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan lingkungannya. Sistem
berada didalam batasan, sedangkan lingkungan berada diluar.
2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut O’ Brien(2005, p703), informasi adalah
data yang ditempatkan dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pemakai
akhir
Menurut Laudon (
2004, p.8 ), informasi adalah data yang sudah diubah menjadi sesuatu yang
memiliki arti dan bermanfaat bagi manusia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses
menjadi bentuk yang memiliki arti sehingga berguna bagi penerima.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah kombinasi teratur apa
pun dari orang – orang, hardware,
software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Whitten et al. (2004,
p10), sistem informasi adalah pengaturan orang, data, proses, dan teknologi
informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menyediakan output informasi yang
diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi.
Menurut McLeod dan Scheel (2007, p10), sistem informasi adalah sistem
virtual yang memungkinkan manjemen mengendalikan operasi sistem fisik
perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah suatu kesatuan dari
komponen – komponen seperti data, orang, serta proses yang mencakup kegiatan
mengumpulkan, mengolah data menjadi informasi yang berguna.
2.1.5 Pengertian Teknologi Informasi
Menurut O’Brien (2005, p704),
teknologi informasi adalah hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang
digunakan dalam sistem informasi berbasis komputer.
Menurut Whitten et al. (2004, p10), teknologi informasi
merupakan istilah yang menggambarkan kombinasi teknologi komputer (perangkat
keras maupun lunak) dengan teknologi komunikasi (jaringan data, gambar, dan
suara).
Berdasarkan pendapat – pendapat para ahli diatas, teknologi informasi adalah kumpulan
dari komponen teknologi (hardware, software, telekomunikasi, manajemen database, dan teknologi pemrosesan) yang
digunakan dalam sistem berbasis komputer untuk membantu manajer mengatasi
perubahan.
2.1.6 Infrastruktur Teknologi Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2004, p11), infrastruktur dari
teknologi informasi terdiri dari :
1.
Perangkat Keras (Hardware)
Peralatan
fisik yang digunakan untuk meng-input, memproses,
dan menghasilkan aktivitas dalam sebuah sistem informasi.
2.
Perangkat Lunak (Software)
Instruksi
detail dan terprogram yang mengontrol dan mengkoordinasikan kinerja dari
komponen hardware dari suatu komputer
dalam sebuah sistem informasi.
3.
Teknologi Penyimpanan (Storage Technology)
Media fisik
dan software yang memerintahkan
penyimpanan dan pengorganisasian data untuk digunakan dalam sebuah sistem
informasi.
4.
Teknologi Komunikasi (Communication
Technology)
Peralatan
fisik dan software yang menghubungkan
berbagai komponen hardware komputer
untuk mentransfer data dari satu lokasi fisik ke lokasi yang lain. Peralatan
komputer dan komunikasi dapat dikoneksikan dalam suatu jaringan untuk
membagikan suara, data, gambar, ataupun video. Jaringan (network) menghubungkan dua atau lebih komputer untuk berbagi data
atau sumber daya.
2.2 Teori – Teori
Khusus
Pada sub bab
ini berisi tentang teori – teori yang
mendukung dalam penulisan paper berjudul New
Information Economics (NIE).
2.2.1 Pengertian New
Information Economics
(NIE)
Menurut Benson et al. (2004, p99), New
Information Economics (NIE)
merupakan sekumpulan praktek prinsip dan aktivitas yang
terkoordinasi secara efektif menghubungkan kegiatan bisnis
dengan proses manajemen teknologi informasi dan mampu menghubungkan strategi
bisnis perusahaan dengan aktivitas dan inisiatif teknologi informasi.
Menurut Benson et
al. (2004, p2), perusahaan dapat mewujudkan sasarannya unutk mencapai IT Improvement Zone dengan melihat
dampak yang dihasilkan dari proyek yang baru dan melakukan pengontrolan serta
pengurangan biaya terhadap biaya investasi TI yang sedang berjalan (lights-on).
Ide terpenting dari New Information Economics adalah perusahaan seharusnya hanya
menginvestasikan uang pada teknologi informasi yang mendukung strategi bisnis perusahaan dan efektivitas kegiatan operasional perusahaan, dan tidak menghabiskan uang pada investasi TI yang tidak
bermanfaat bagi strategi bisnis perusahaan.
Jadi, tim manajemen perusahaan seharusnya dapat
mengontrol anggaran dan investasi TI, sehingga dampaknya dari proses bisnis
lapisan terbawah akan terasa. Kombinasi ini akan menyebabkan perusahaan mampu
bergerak pindah dari struktur biaya sekarang dan posisi bottom-line menuju biaya terkendali serta meningkatkan dampaknya
pada keuntungan (bottom-line) dengan secara konsisten memilih investasi TI terbaik yang mendukung
strategi bisnis perusahaan dan menyisihkan investasi TI yang kurang berguna dan
bermanfaat bagi perusahaan.
·
Right Results / Hasil Yang Tepat
Right result yang ingin dicapai
adalah mengatur biaya
pengeluaran TI dan pada saat yang sama meningkatkan dampak
pada bottom-line perusahaan.
·
Right Decisions / Keputusan Yang Tepat
Right Decisions akan menghasilkan
keputusan manajemen yang tepat yang dibutuhkan untuk menghasilkan right results.
Menurut Benson et
al (2004, p4), untuk mencapai dampak bottom-line
bagi perusahaan, ada 4 tujuan kemungkinan
yang dihasilkan oleh perusahaan, tergantung dari
perusahaan, yaitu :
1. Tujuan Pengurangan Biaya (A Reduced
Cost Objective)
Dengan mengaplikasikan kerangka kerja dan praktek
manajemen, perusahaan dapat mengurangi biaya TI dan mempertahankan kontribusi
yang dibuat TI terhadap bottom-line. Kinerja TI tetap seperti sebelumnya, namun biaya berkurang.
2. Tujuan Biaya Stabil (A Stable Cost
Objective)
Manajemen perusahaan dapat terus meningkatkan kegunaan TI
dan tetap dengan pertumbuhan bisnis, dan dapat mengontrol seluruh biaya yang
digunakan pada
TI. Teknologi Informasi dapat meningkatkan dukungannya
pada bisnis dan akan berdampak pada bottom-line, namun dengan tingkat biaya yang sekarang.
3. Tujuan ”Sweet Spot” (A Sweet Spot Objective)
Mengkombinasikan pengurangan biaya dengan dampak pada bottom-line yang lebih baik. Teknologi
Informasi dapat mengurangi biaya dan juga meningkatkan kinerjanya dengan dampak
pada bottom-line.
4. Tujuan Higher Growth
Diterapkan untuk perusahaan yang mengalami perubahan atau
pertumbuhan yang cepat. Dalam kasus ini, biaya TI yang tinggi meskipun sudah
dikontrol tetap harus diperhatikan, karena akan berpengaruh besar pada bottom-line. Akan lebih baik apabila
biaya TI yang tinggi dapat dikurangi dan pada saat yang sama juga meningkatkan
dampak bottom-line bagi perusahan.
2.2.2 Praktek New
Information Economics (NIE)
Menurut Benson et
al (2004, p9-10), lima praktek New
Information Economics menghasilkan kumpulan alat untuk digunakan oleh
manajer TI dan bisnis, untuk menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam
program dan inisiatif lainnya yang dapat diimplementasikan TI.
Tujuan dari praktek lima praktek New Information Economics tersebut adalah untuk
menterjemahkan strategi dan sasaran bisnis perusahaan ke dalam IT action yang tepat utnuk mencapai dampak bottom-line bagi perusahaan. Hal ini
dapat dicapai degnan perencanaan yang efektif, penentuan sumber daya yang
tepat, dan dengan perencanaan anggaran yang sesuai. Berikut merupakan lima
praktek New Information Economics :
1.
Praktek Demand / Supply Planning
Menurut Benson et al. (2004, p9), praktek ini
menterjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam suatu tahapan yang
memberikan arahan yang jelas bagi TI tentang apa yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Manajer bisnis dan TI mencapai kesepakatan ke arah mana perusahaan
ingin dikembangkan dan apa yang dapat TI lakukan untuk mendukung hal tersebut.
Mereka melakukan
hal ini dengan mendirikan suatu alat bantu bisnis yang dapat dilihat melalui
arahan strategis manajemen, dan menterjemahkannya ke dalam strategi IT requirement yang dibutuhkan untuk memenuhi arahan strategi tersebut.
Arahan strategi manajemen menjadi penggerak untuk TI, yang menghasilkan
strategi IT requirement yang
membangun permintaan strategi bisnis untuk TI, yaitu apa yang pihak bisnis mau
dari TI, dimana IT strategic planning harus
memberikan solusi teknologi sebagai persediaan strategis (supply strategic). Hasilnya adalah sebuah agenda strategi
penggunaan TI dalam bisnis yang dapat diterjemahkan ke dalam perencanaan dan
tindakan TI.
o
Elemen dalam Strategic Demand and
Supply Planning
Menurut Benson et
al. (2004, p173), proses perencanaan yang ideal adalah dengan menguraikan 2
elemen berikut ini :
· Inputs
1.
Arahan strategi bisnis (Business Strategic Intention).
2.
Portfolio dan manajemen strategi.
3.
Performa manajemen dan pengukuran.
· Outputs
1.
Agenda strategi TI (Strategic
IT Agenda).
Strategic IT agenda menyatakan apa yang
diharapkan oleh bisnis. Dan menyatakan secara benar bagaimana TI berkontribusi
pada pengurangan biaya logistik.
2.
Strategi perencanaan TI (Strategic IT Plan).
Digunakan sebagai kerangka kerja strategis untuk anggaran
lights-on TI dan teknologi yang berkaitan dengan proyek yang dibutuhkan
untuk mendukung proyek bisnis. Isinya adalah
strategic intention perusahaan untuk mengantarkan TI dalam memenuhi kebutuhan bisnis.
3.
Kebutuhan strategi TI (Strategic IT Requirements).
Program dan proyek yang dibutuhkan untuk memenuhi agenda strategi
bisnis.
1.
Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p10, p190), praktek innovation merupakan perubahan terhadap
strategi bisnis melalui kemampuan TI. TI akan merespon terhadap kebutuhan
bisnis dan tak jarang arah perubahan bisnis tersebut bergantung pada apa yang
mungkin dapat dibuat oleh TI. Praktek ini secara eksplisit menggerakkan
manajemen bisnis untuk membuka kesempatan bisnis yang dimungkinkan oleh TI
serta menyediakan cara mengubah kesempatan tersebut menjadi strategi bisnis dan
perencanaan taktik. Adapun hasilnya yaitu kumpulan kesempatan bisnis yang
kompetitif dan lebih kuat.
o
Empat Komponen Praktek Innovation
Menurut Benson et al. (2004, p190), praktek innovation memiliki empat komponen,
antara lain :
1. Business and Technology
Monitoring
Merupakan tinjauan
bagi TI dan manajemen bisnis utuk perubahan faktor dari bisnis dan teknologi
yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan itu sendiri. Proses ini menghasilkan
laporan mengenai status teknologi dan bisnis serta penelitian dari pihak
eksternal, arsitektur dan perencanaan TI, serta informasi bisnis yang
memberikan pengaruh terhadap bisnis dan TI.
Hal ini menimbulkan
sebuah pertanyaan “Inisiatif seperti apakah yang akan menghasilkan dampak bagi
perusahaan baik secara teknologi maupun bisnis?”
2. Innovation Visioning
Yaitu mengembangkan
visi atau arahan alternatif yang luas bagi perusahaan, menanggapi perubahan
bisnis dan teknis serta membangun sekumpulan konsensus dari visi atau arahan
alternatif. Proses ini berhubungan dengan manajer bisnis dan teknologi sehingga
menimbulkan sebuah pertanyaan “Inovasi apa yang dapat kita lakukan dengan
menggunakan TI?”
3. Business Context and Choices
Memberikan pilihan
mengenai visi atau arahan bagi suatu perusahaan yang akan menentukan bagaimana
suatu bisnis dapat berjalan. Proses ini menyatukan manajer bisnis dan teknologi
dalam sebuah pertimbangan penuh dari skenario bisnis; “Apa yang seharusnya
dilakukan?”, dan juga mengembangkan tujuan utama bisnis secara konsisten.
Konteks dan pilihan
bisnis pada prakteknya dapat berupa workshop
antara manajer bisnis dengan TI dalam sebuah diskusi mengenai dampak dari
bisnis dan kesempatan TI dalam menciptakan perubahan dan inovasi.
4. Actionable Innovation
Pengembangan dari
beberapa skenario dan rencana pengembangan untuk inovasi. Kegiatan ini
melibatkan manajer bisnis dan teknologi dalam merencanakan skenarip bisnis dan
teknologi secara terfokus berdasarkan kondisi bisnis dan teknologi baru yang
akan dikembangkan. Kegiatan ini mengembangkan perencanaan – perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya menjadi suatu tindakan yang nyata dan memerlukan
komitmen yang kuat baik dari pihak bisnis dan teknologi.
Actionable innovation pada
prakteknya dapat berupa sebuah workshop yang
menggabungkan bisnis dan manajemen teknologi informasi dalam menentukan langkah
selanjutnya dalam pengimplementasian inovasi. Contoh agenda yang dibahas dalam workshop ini meliputi :
· Presentasi dari beberapa skenario yang potensial.
· Diskusi mengenai implikasi dari inovasi.
· Diskusi antara manajemen bisnis dan TI mengenai hal – hal yang akan
dilakukan selanjutnya.
2.
Praktek Prioritization
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek prioritization adalah menganalisa dampak bisnis dari
inisiatif TI, memberi prioritas pada proyek, dan menyetujui sumber daya kepada
proyek yang memberikan kontribusi paling tinggi serta memberikan manfaat bagi
perusahaan.
Perusahaan
seharusnya mengalokasikan biaya hanya pada proyek yang secara langsung
berhubungan dengan harapan strateginya. Praktek ini mengatakan pada manajer,
proyek TI mana yang secara kuat mendukung harapan strategi perusahaan dan
mengurutkan proyek – proyek tersebut berdasarkan dampak bisnis yang dihasilkan
di masa depan. Sebagai hasil, investasi dihabiskan pada proyek yang tepat,
dengan alasan yang relevan serta secara bersamaan manajer bisnis dan TI
menyetujui keputusan tersebut.
o
Lima Tahap Proses Prioritization
Menurut Benson et
al. (2004, p143), prioritisasi memungkinkan manajer bisnis dari sebuah perusahaan dalam menilai dampak bottom–line dari inisiatif TI yang diajukan dengan menggunakan
ukuran yang sama untuk setiap proyek. Hasilnya adalah proyek – proyek TI yang
telah diurutkan dan diprioritaskan dimana pihak manajemen dapat mengalokasikan
sumber daya semaksimal mungkin untuk proyek – proyek tersebut. Mekanisme proses
prioritization melibatkan 5 tahapan,
yaitu :
1. Senior manager, mengartikan arahan
strategi untuk perusahaan, kemudian memberikan bobot untuk setiap arahan
strategi tersebut dan mencapai kesepakatan bersama mengenai definisi dan skala
proyek TI mana yang akan dinilai. Melalui tahap kesepakatan ini, manajemen
senior akan menjadi yakin mengenai konsistensi dari arahan strategi yang
sebelumnya telah dibuat dan akan dijalankan secara konsisten dan dari sudut
pandang bisnis maupun TI.
2. Semua proyek TI dideskripsikan dalam ukuran bisnis, secara singkat dan
konsisten, menyediakan deskripsi dari berbagai inisiatif TI yang diajukan.
Masing – masing bagian bisnis pada tiap – tiap proyek bertanggung jawab pada
inisiatif TI ini. Dengan demikian, perusahaan mempunyai suatu pandangan
berorientasi bisnis yang lengkap karena berbagi inisiatif TI tersebut.
3. Para manajer akan melihat hubungan sebab akibat antara proyek TI dengan
arahan strategi perusahaan ; apabila kita mengimplementasikan proyek TI ini,
dampak apa yang akan dihasilkan pada masing – masing arahan strategi tersebut?
Setiap manajer harus menilai dan mengevalusi setiap
proyek TI yang ada. Hasilnya berupa pengertian yang luas bagi para manajer
bisnis mengenai seluruh inisiatif TI yang ada, bagaimana inisiatif TI ini dapat
berhubungan dengan setiap bagian bisnis, dan apa dampaknya bagi arahan strategi
perusahaan.
4. Dalam sebuah diskusi, masing – masing manajer akan mengulas hasil
penilaian mereka terhadap proyek –
proyek TI sebelumnya yang mereka nilai. Diskusi ini akan menghasilkan keputusan
bagi pengembangan dan prioritisasi proyek.
5. Bagian TI akan mengembangkan perencanaan proyek berdasarkan prioritas yang
telah disepakati sebelumnya, sumber daya apa saja yang dibutuhkan, dan jadwal pengembangan
proyek.
Dengan melakukan penilaian
terhadap keseluruhan portfolio
inisiatif TI, pihak manajemen dapat mengambil keputusan mengenai alokasi sumber
daya yang dibutuhkan karena penilaian portfolio
menunjukkan keseluruhan nilai, biaya dan risiko investasi TI yang akan dilakukan. Skor portfolio proyek TI untuk dampak diambil dari business value scorecard yang terdiri atas arahan strategis beserta
bobot dan isi oleh orang-orang yang berperan penting.
1.
Praktek Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p10), praktek alignment merupakan kegiatan menganalisa
dampak bisnis dari aktivitas TI yang sudah berjalan (lights-on). Setiap biaya yang dihabiskan untuk menjaga sistem yang
ada, berasal dari biaya yang tidak digunakan untuk pengembangan sistem yang
baru. Jadi, manajer TI dan bisnis dapat memutuskan inisiatif TI yang manakah
yang seharusnya memperoleh sumber daya perusahaan yang lebih besar, dari pada
beranggapan bahwa semua yang sekarang beroperasi adalah kritis bagi bisnis dan
harus didukung pada tingkat sumber daya yang ada. Hasilnya adalah pendekatan
yang lebih beralasan untuk menghabiskan biaya pada sistem yang sedang berjalan,
dibandingkan untuk pengembangan sistem baru. Hasilnya lebih beralasan dimana
mengeluarkan biaya untuk aktivitas yang ada.
o
Tiga Bagian Praktik Alignment
Menurut Benson et al. (2004, p154-160), ada tiga jenis alignment. Yaitu :
1. Strategic Alignment. Melihat pada tiga elemen TI diantaranya yaitu aplikasi, service, dan infrastructure. Selain itu juga mendeskripsikan bagaimana elemen TI
tersebut mendukung dua elemen bisnis (arahan strategi dan operasional bisnis
serta kebutuhan proses).
1. Internal IT Alignment, mengukur seberapa besar infrastruktur TI dan service di dalam mendukung aplikasi, begitu juga sebaliknya.
Disamping itu juga ada tentang bagaimana aktivitas manajemen TI yang ekfektif
di dalam mendukung ketiga elemen tersebut.
2. Functional Alignment, ketika prioritas memperbolehkan manajemen memberikan sumber dayanya untuk
mendukung inisiatif TI yang didasarkan pada dampak bottom-line dan hubungannya pada arahan strategis, alignment melakukan hal yang sama pada
aplikasi dan infrastruktur TI yang sudah ada. Dan kebanyakan perusahaan
biasanya mendedikasikan sumber daya TI untuk digunakan pada aplikasi yang
sedang berjalan, dan untuk selanjutnya sumber daya diberikan pada inisiatif
baru. Functional alignment ini
melanjutkan pengujian dengan melihat pada kualitas, level service, tingkat pengguna, dan teknologi.
o
Strategi Investasi
Merupakan hasil dari NIE yang memiliki fungsi untuk
mengetahui manfaat dari nilai investasi yang dilakukan perusahaan. Strategi
investasi dilihat dari beberapa hal, contohnya :
1. Strategi investasi berdasarkan nilai penyelarasan (Alignment) dan kualitas (Quality).
Menurut Benson et
al. (2004, p139), strategi investasi ini membuat manajemen dapat menentukan
keputusan yang spesifik atau detail bagi investasi berdasarkan dampak bottom-line pada bisnis mengenai
aplikasi lights-on yang perlu
ditingkatkan lagi dan bagian pengeluaran TI apa yang dapat diminimalisir atau
dikurangi serta investasi TI mana yang memberi dampak yang terbaik dan maksimal
untuk bisnis.
Berikut ini merupakan pedoman yang dapat digunakan untuk
menentukan kategori dari strategi investasi :
1. Strategi investasi berdasarkan ketergantungan (Dependency) dan kualitas (Quality).
2. Menurut Benson et al. (2004,
p65), strategi berdasarkan ketergantungan dan kualitas, dari sisi
ketergantungannya itu dilihat “Apakah si aplikasi tersebut benar – benar
digunakan?”, sedangkan dilihat dari sisi kualitasnya melihat “Apakah informasi
yang dihasilkan dari aplikasi tersebut akurat dan aplikasi tersedia ketika
ingin dibutuhkan atau digunakan?”.
1.
Praktek Performance Measurement
Menurut Benson et
al. (2004, p10), praktek ini adalah mengukur kinerja TI berdasarkan
hubungannya dengan bisnis. Yaitu dengan cara menggabungkan pengukuran kinerja
operasional dan taktis TI dengan pengukuran dampaknya pada bisnis. Sangat mudah
untuk menghitung kinerja TI pada tahap operasional dan taktik, tetapi sangat
sulit untuk mengukur dampak TI pada bisnis. Praktek
ini mencampurkan keduanya dan memungkinkan TI untuk mengetahui apa yang harus
diukur, bagaimana mengelola TI berdasarkan ukuran tersebut, dan bagaimana
mengkomunikasikan kinerja tersebut pada manajer bisnis dengan cara yang dapat
mereka mengerti. Hasilnya meningkatkan performa TI dan meningkatkan komunikasi
dengan manajemen bisnis.
2.2.2 Tujuan
New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et
al. (2004, p68-69), tujuan NIE secara keseluruhan, yaitu :
1.
Menyediakan
kemampuan melihat 100% pengeluaran TI secara keseluruhan.
2.
Membuat
kerangka kerja perencanaan melalui penganggaran (mendukung rantai nilai
strategi ke bottom-line)
§ Praktek NIE Demand/ Supply Planning
dan Innovation bertujuan untuk :
1.
Menghubungkan sumber daya yang ada dan yang dibutuhkan dengan
strategic intention
perusahaan.
2.
Membuat pondasi untuk mengakses portfolio yang ada dan mendefinisikan portfolio strategi yang akan datang.
3.
Membuat kata – kata yang konsisten antara bisnis dan TI.
4.
Menggambarkan dimana letak sumber daya TI diaplikasikan
dan menghubungkannya dengan anggaran perusahaan dan proses perencanaan.
5.
Menyediakan kerangka kerja dalam mendefinisikan kebutuhan
TI, mencakup pembaharuan dan pertumbuhan.
6.
Membuat hubungan dengan pengukuran performa.
§ Praktek NIE Prioritization
bertujuan untuk :
1.
Membuat dasar Strategic
Intention untuk alokasi sumber daya dan prioritas.
2.
Menyediakan perspektif untuk kebutuhan investasi
mendatang.
3.
Menyediakan dasar untuk mengakses risiko dan manfaat
proyek.
§ Praktek NIE Aligment bertujuan
untuk :
1.
Membuat dasar untuk tugas pelayanan, kualitas, kehandalan
dan risiko.
2.
Membuat informasi untuk penyelarasan.
3.
Menghubungkan 100% biaya pengeluaran TI yang sudah
dihabiskan pada Strategic Intention IT.
§ Praktek NIE Performance Measurement
bertujuan untuk :
1.
Menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran performa dari
100% pengeluaran TI.
2.
Menghubungkan pengukuran performa dengan perencanaan
strategi.
3.
Menghubungkan pada performa bisnis yang berpengaruh pada Portfolio TI.
2.2.3 Pedoman Mendapatkan Hasil New Information Economics (NIE)
Menurut Benson et
al. (2004, p19), untuk
mendapatkan hasil NIE menajemen harus menjawab pertanyaan dibawah ini sebagai
pedoman.
1. Affordability Questions
· Apa yang dapat kita hasilkan untuk pengeluaran TI?
· Dapatkah kita mengurangi biaya TI yang tidak perlu?
· Dapatkah kita merancang ulang biaya-biaya untuk mendukung proyek yang dibutuhkan?
2. Impact Questions
· Apakah kita menginvestasikan sumber TI pada tempat yang tepat?
· Apakah strategi bisnis perusahaan dapat mengendalikan tindakan TI dan
menghasilkan dampak bottom-line?
· Apakah kita memperoleh dampak bottom-line
dari sumber lights – on?
· Apakah sesuai antara investasi strategi dengan investasi taktik?
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Munculnya Metode NIE
IE yang dikemukakan Parker (Benson,
2004, pp40-41) menegaskan bahwa fokus dari IE adalah persetujuan dan
prioritisasi investasi TI yang dilihat dari faktor manajemen, seperti
kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, respon bersaing dan pengelolaan
informasi yang dihitung dengan ROI atau alat ukur keuangan lainnya.
Demikian juga dengan penggunaan
konsep Shareholder Value dan Economic Value Added (EVA) yang telah dikemukakan
pada akhir tahun 80’an. Selanjutnya Benson (2004, p80) menjelaskan beberapa
kesulitan yang akan dihadapi oleh pengguna konsep IE karena dari enam faktor
manfaat, hanya ROI saja yang terkait dengan keuangan. Faktor lain seperti
kesesuaian stratejik, keunggulan bersaing, informasi manajemen, respon
bersaing, dan arsitektur TI stratejik diukur berdasarkan nilai yang besifat
intangible.
Oleh
karena itu, Benson memperluas konsep IE dan memperoleh kunci serta pandangan
penting yang melandasi tebentuknya konsep New Information Economics(NIE). Dalam
konsep NIE ini akan dibahas mengenai semua kegiatan bisnis dan manajemen TI
yang meliputi perencanaan, inovasi, prioritisasi, penyelarasan, pengukuran
kinerja, juga portfolioserta manajemen budaya. Oleh karena itu, Benson
memfokuskan metode NIE ini pada Strategy
to Bottom Line Value Chain, dimana kerangka ini akan menghubungkan lima
praktek NIE dan tiga konsep pendukungnya. Metode ini menyediakan perencanaan
dan kerangka manajemen yang lengkap sehingga manajemen dapat memahami dan
menggunakan TI untuk menghasilkan hasil pada bottom-line yang lebih baik.
3.2 Alasan perusahaan harus mengunakan
metode NIE
Pertanyaan
utama kita menjawab bagi perusahaan dalam menerapkan NIE adalah, "Apa yang
diperlukan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi dan lebih efektif dalam
mengelola biaya TI?" Jawabannya: kita perlu proses perencanaan yang
efektif, sumber daya sesuai keputusan, dan dapat dianggarkan dan direncanakan.
Kita membutuhkan orang – orang untuk bekerja sama secara konsisten. Strategi-to
Bottom-Line Rantai Nilai (value Chain) mengikat semua elemen ini bersama-sama.
Tetapi
perusahaan sudah melakukan hal ini, manajer mungkin berkata. Mereka bekerja
untuk memperbaiki garis dasar kinerja perusahaan mereka. Dari tahun ke tahun,
mereka menetapkan anggaran operasi terus-menerus, dan berinvestasi dalam
proyek-proyek atau inisiatif untuk mengubah atau menambahkan ke bisnis. Manajer
kemudian berharap bahwa anggaran baru akan mendukung garis dasar yang lebih
baik kinerjanya dari tahun anggaran sebelumnya, dan bahwa investasi dalam
proyek-proyek atau inisiatif akan menghasilkan laba lebih baik.
Masalah
praktis adalah bahwa sebagian besar perusahaan melakukan perencanaan,
prioritas, alokasi sumber daya, anggaran, dan pengukuran kinerja dalam silo
atau stovepipes. Kita maksud ini dalam dua cara. Pertama, dalam proses
manajemen, perencanaan bisnis, Perencanaan IT, prioritas, anggaran, dan
terhubung dengan pengukuran kinerja yang buruk. Proses manajemen ini
beroperasi, tetapi tidak konsisten atau dari informasi dasar yang umum, dan
sudah dilepaskan. Kedua, banyak perusahaan yang terorganisir dalam silo atau
stovepipes, dan berbagai kegiatan manajemen tidak mengambil perspektif suatu
perusahaan juga tidak mengkoordinasikan melintasi penghalang antara silo atau
stovepipes.
Kebanyakan perusahaan dan organisasi memiliki kumpulan proses manajemen di IT. Menimbang bahwa telah lebih dari tiga puluh tahun sejak pertama masalah ini menjadi jelas, harus ada lebih dari proses manajemen sederhana. Kita sering menemukan:
Kebanyakan perusahaan dan organisasi memiliki kumpulan proses manajemen di IT. Menimbang bahwa telah lebih dari tiga puluh tahun sejak pertama masalah ini menjadi jelas, harus ada lebih dari proses manajemen sederhana. Kita sering menemukan:
ü Rencana
bisnis tidak bisa menyetir rencana TI
ü Rencana
IT fokus pada teknologi, bukan langsung menangani strategi bisnis
ü Bisnis
manajer tidak melihat TI sebagai pendukung strategi mereka
ü Proyek-proyek
TI tidak mendukung strategi bisnis. TI belanja pemeliharaan infrastruktur dan
aplikasi tidak mendukung strategi
ü Anggaran
perusahaan tidak mencerminkan hasil perencanaan TI
ü Rencana
IT yang mengambil keputusan sendiri yang tidak memandu keputusan manajemen,
proyek, atau anggaran perusahaan.
ü Praktek
pemerintahan IT tidak langsung dari perspektif bisnis IT
Ini
adalah karakteristik perusahaan yang terputus. pada dasarnya, berbeda pendapat
diantara manajer bisnis dan IT tentang memainkan peran TI dalam bisnis, nilai
bahwa IT dapat membawa effek, dan praktek-praktek manajemen yang diperlukan
untuk secara efektif membawa TI untuk menanggung pada strategi bisnis. Ini
hasil dari pandangan yang berbeda, gagal untuk merencanakan, sejajarkan,
memprioritaskan, berinovasi, dan mengukur kinerja untuk IT, secara konsisten,
dari strategi bisnis perspektif. Kegagalan hasil dari budaya manajemen dalam
bisnis dan TI yang tidak kompatibel dengan mengambil perspektif dalam mengelola
bisnis IT.
3.3 Manfaat dari NIE
Salah
satu metode untuk melakukan penilaian terhadap
kelayakan proyek adalah Information Economics (IE), yang
dikembangkan oleh Parker untuk menghubungkan
kinerja bisnis dengan teknologi informasi. Pada model ini, manfaat ditentukan
melalui kombinasi dari analisis enhanced ROI,
penilaian bidang bisnis, dan penilaian
bidang teknologi. Parker menglasifikasikan manfaat
SI/TI ke dalam tiga bagian (Parker, 1988) yaitu:
a) Tangible
benefit
Manfaat nyata atau yang
berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Contohnya meningkatkan produktivitas,
mengurangi penggunaan kertas, dan
sebagainya. Analisis terhadap tangible benefit
atau yang bersifat kuantitatif menggunakan
perhitungan dengan metode simple ROI-Traditional
Cost-Benefit Analysis (TCBA)
b) Quasi
benefit
Manfaat yang berada di
ruang “abu-abu”, atau yang berpengaruh langsung terhadap
keuntungan tetapi susah dihitung ataupun sebaliknya,
tidak berpengaruh secara langsung terhadap
keuntungan tetapi dapat dihitung. Contohnya memperbaiki
proses perencanaan, perbaikan pengambilan keputusan, dan
sebagainya. Analisis terhadap quasi benefit menggunakan
perhitungan sbb:
−
Value Acceleration (VA)
−
Value Linking (VL)
−
Value Restructuring (VR)
−
Innovation Valuation
c) Intangible
benefit
Manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat
mempunyai dampak positif bagi perusahaan, tetapi
tidak secara langsung berpengaruh pada
keuntungan. Contohnya meningkatkan citra perusahaan,
meningkatkan moral pegawai, dan sebagainya.
Analisis terhadap intangible benefit menggunakan dua
penilaian yaitu:
a.
Business Domain
Komponen-komponen penilaian dari domain bisnis antara
lain:
− Strategic Match
− Competitive Advantage
− Management Information Support
− Competitive Response
b.
Technology Domain
Komponen-komponen penilaian dari domain ini antara
lain:
− Strategic IS Architecture
− Defitional Uncertainty
− Technical Uncertainty
− Infrastructure Risk
Kategori manfaat 1 (tangible)
dan 2 (quasi tangible) menggunakan pendekatan
finansial enhanced ROI, dimana hasil penilaiannya
menghasilkan suatu nilai moneter dan skor
angka sedangkan kategori manfaat ke-3 menggunakan
pendekatan non-finansial (domain bisnis dan
teknologi), dimana hasil penilaiannya adalah sebuah
skor angka. Pada kategori ke-3 ini, skor berkisar dari 0-5 Dengan
demikian, nilai proyek SI/TI diukur dengan
formula berikut ini (Parker, 1988: hal. 102):
Skor
Proyek = Enhanched ROI + bobot bidang bisnis + bobot bidang
teknologi
Enhanched
ROI= Traditional ROI+value linking + value acceleration+value restructuring+
innovation valuation
3.4 Contoh
penerapan metode New Information
Economics pada perusahaan
Dengan
persaingan yang ketat sebuah perusahaan ingin
PENERAPAN
INFORMATION ECONOMICS SISTEM APLIKASI BILLING DAN PENGGAJIAN KARYAWA N
Faktor Domain
Bisnis dan Domain Teknologi
1. Analisis Cost Benefit
Cost
(biaya) adalah sejumlah sumber daya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
suatu produk, sedangkan benefit
(manfaat)
adalah keuntungan langsung maupun tidak langsung yang didapat oleh suatu
institusi. Manfaat lebih berupa
penghematan,
pengurangan biaya, perolehan keuntungan, peningkatan efektifitas atau
produktifitas karyawan
Terdapat
2 jenis biaya yaitu:
a.
Biaya pembangunan system
b.
Biaya pemeliharaan atau biaya operasional
Terdapat
3 jenis manfaat, yaitu:
a.
Tangible benefit (manfaat yang dapat diukur atau langsung tampak pada
perhitungan)
b.
Quasi-Tangible benefit (manfaat ini untuk meningkatkan efisiensi organisasi)
c.
Intangible benefit (manfaat untuk peningkatan efektifitas organisasi)
2.
Value Linking dan Value Acceleration
Value
Linking adalah suatu nilai yang digunakan untuk melakukan evaluasi sebagai
akibat dari peningkatan kinerja suatu fungsi terhadap fungsi lain yang
terpisah. Value Linking menunjukkan ripple effect yang terjadi akibat perubahan
dalam fungsi perusahaan atau proses kerja.
Value
Acceleration adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi secara financial
manfaat pengurangan/ percepatan waktu karena adanya hubungan sebab akibat
antara dua fungsi/departemen. Teknik ini dikuantifikasikan pada domain bisnis
dan ditambahkan ke dalam lembar kerja dampak ekonomis.
3. Value Restructuring
Value
Restructuring merupakan nilai terkait dengan restrukturisasi fungsi-fungsi
pekerjaan dari suatu departemen. Value Restructuring digunakan untuk mengukur
peningkatan nilai produktifitas yang dihasilkan oleh adanya proyek teknologi
informasi
pada suatu perusahaan.
Analisis
manfaat tangible dengan menggunakan cost benefit tradisional diperoleh manfaat
ekonomi netto, menghasilkan ROI 1 dan skor dampak ekonomis pertama. Selanjutnya
kuantifikasi Value Linking dan Value Acceleration dikerjakan bersama-sama
dengan analisis manfaat intangible faktor-faktor domain bisnis dan domain
teknologi pada model bisnis institusi. Kuantifikasi Value Linking dan Value Acceleration dikerjakan
bersama-sama dengan analisis manfaat intangible faktor-faktor domain bisnis dan
domain teknologi pada model bisnis institusi. Value restructuring berkaitan
dengan faktor domain. Hasilnya dijumlahkan dengan ROI 2 untuk menghasilkan ROI
3 dan skor dampak ekonomis ketiga. Kuantifikasi Innovation Valuation berkaitan
dengan faktor domain yang hasilnya dijumlahkan dengan ROI 3 untuk memperoleh
ROI 4 dan dampak ekonomis keempat. Terakhir, skor dampak ekonomis dan seluruh
faktor domain bisnis dan domain teknologi dimasukkan pada Information Economics
Scorecard.
1. Faktor Domain Bisnis
Domain
bisnis melakukan pengukuran terhadap dampak penerapan teknologi informasi dalam
kemampuan bisnis dari institusi. Teknologi informasi dapat mengubah budaya
kerja dari perusahaan, meningkatkan keunggulan bersaing
perusahaan
bahkan dapat membuat pelopor (entry barrier) bagi institusi lain.
Di
dalam faktor domain bisnis ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap teknologi
informasi selain kalkulasi ROI sederhana yang perlu dievaluasi agar pembobotan
ini menjadi lebih baik dan skor proyek menjadi lebih realistis. Kelima faktor
tersebut adalah:
a.
Faktor Strategic Match
Skor
factor strategic match tergantung pada keadaan dimana proyek yang diusulkan
berhubungan dengan tujuan strategis yang telah ditentukan.
b.
Faktor Competitive Advantage
Mengevaluasi
adanya pertukaran data antar organisasi dengan para pemasok, distributor atau
unit kerja lain untuk mempertinggi tingkat kompetitif institusi.
c.
Faktor Management Information Support
Menentukan
apakah proyek yang dibangun dapat memberi dukungan manajemen terhadap manajer
atau manajemen lainnya.
d.
Faktor Competitive Response
Faktor
ini untuk mengukur apakah kegagalan proyek yang dikerjakan menyebabkan daya
kompetitif perusahaan rusak.
e.
Faktor Project or Organizational Risk
Pengukuran
pada factor ini terpusat pada pemakai atau domain bisnis institusi, bukan
organisasi teknis. Komponen-komponen kapasitas organissi meliputi dukungan
perubahan manajemen, penilaian realistis atas tugas dalam menyelesaikan proyek
melalui bisnis proses dan fungsinya.
2. Faktor Domain Teknologi
Banyak
nilai dan resiko penting yang tidak tercermin dalam kualifikasi keuangan
seperti kalkulasi sederhana ROI.
Beberapa
nilai dan resiko ini bersifat unik terhadap domain teknologi, arsitektur
strategis sistem informasi, ketidakpastian definisional, ketidakpastian teknik
dan resiko infrastruktur informasi. Faktor ini memberikan konteks strategi
teknologi
informasi
dimana alternatif investasi dapat ditinjau.
a. Strategic IS Architecture
Untuk
menentukan apakah arsitektur sistem informasi yang dibangun sesuai dengan
blueprint perusahaan. Proyek yang mempunyai keterkaitan dengan blueprint
nilainya lebih tinggi.
b. Definitional Uncertainty
Menunjukkan
keadaan dimana kebutuhan dan atau spesifikasi telah jelas. Bila kebutuhan tidak
diketahui, skor semakin tinggi.
c. Technical Uncertainty
Menunjukkan
empat faktor yang dinilai yaitu: ketrampilan yang dibutuhkan, ketergantungan
dengan perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat lunak aplikasi.
d. IS Infrastructure Risk
Menunjukkan
investasi non proyek yang penting untuk mengakomodasikan proyek ini. Merupakan
penilaian lingkungan seperti administrasi data, komunikasi dan sistem
terdistribusi. Berisi perangkat keras, perangkat lunak dan staf.
3.
Hasil Penelitian
Value
Linking
Manfaat-manfaat
yang diperoleh unit fungsional lain dalam kegiatan operasional, di antaranya:
1.
Bagian Administrasi, dengan adanya komputerisasi, akan mengurangi biaya
pemeliharaan mesin, foto copy, pembelian toner dan kertas. Terjadi penghematan
sebesar Rp. 8 juta/tahun.
2.
Bagian pengumuman kelulusan tes masuk akan mengurangi biaya pos, kertas, tinta
sebesar Rp. 5 juta/tahun
3.
Keuangan Yayasan. Penghematan pada pengurangan kesalahan akibat kesalahan
pencatatan pembayaran sebesar Rp. 10 juta/tahun
Value
Acceleration
Value
Acceleration terjadi pada pendapatan bunga dengan total pemasukan
Rp.8.430.000/tahun.
Value
Restructuring
Setelah
implementasi pendaftaran online, maka persentase kerja Kepala Keuangan adalah:
70% melakukan fungsinya sebagai Kepala Keuangan, 15% melakukan kegiatan setingkat
Wakil Admin, 15% setingkat Staff, 0% setingkat Operator.
Skor
Proyek
Dari
hasil pembobotan dan nilai proyek yang telah dilakukan, bisa dihasilkan suatu
skor proyek. Nilai-nilai akan berguna apabila proyek yang dianalisis lebih dari
suatu sehingga dapat dipakai untuk pedoman penilaian proposal proyek. Karena
proyek yang dibahas adalah proyek tunggal, maka yang ditekankan lebih pada ROI,
yaitu sejauh mana manfaat-manfaat proyek, khususnya yang sulit terukur
(intangible), memberikan kontribusi pada pengembalian investasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Beberapa simpulan yang dapat diambil dari
pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI EKONOMI BARU DI INDONESIA”
adalah sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui
dan mengerti metode New Information
Economics.
2.
Mampu menerapkan
metode New Information Economics dan
langkah langkah yang di lakukan.
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat di tambahkan untuk pembuatan paper yang berjudul “INFORMASI
EKONOMI BARU DI INDONESIA” adalah sebagai
berikut:
1.
Harus
mengoptimalkan metode New Information
Economics dalam penerapannya.
2.
Menerapkan
metode New Information Economics di
perusahaan sesuai dengan kebutuhan perusahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Benson, Robert J. ,dkk. (2004). From Business Strategy to IT Action. Hoboken : John.
Laudon, Kenneth
C. & Jane P.Laudon.(2006). Management
Information System. 9th edition.
Prentice Hall, NewYork.
McLeod, R.,
& Scheel, G. (2007). Sistem Informasi Manajemen Terjemahan Bahasa Indonesia, Edisi 10. Salemba Empat,
Jakarta.
O’Brien,
James. (2005). Introduction to
Information System. New York : McGraw-Hill.
Whitten, J. L., Bentley, L. D.,
& Dittman, K. C. (2004). System Analysis and Design
Methods (6th Edition). New York: McGraw Hill.
(The information of economy : the
history of a concept through its measurement) di ambil dari http://www.csiic.ca/PDF/Godin_38.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar